Sunday, July 31, 2011

Kenali Paradoks Kesempurnaan Dalam Karakter Diri Anda




Apakah paradoks kesempurnaan? Secara sederhana, paradoks kesempurnaan berarti mengharapkan kesempurnaan di dalam diri Anda dan orang lain. Secara umum orang mengenalnya sebagai sikap perfeksionis. Hal ini seringkali mendorong Anda untuk membuat kesalahan yang besar. Kebanyakan dari kita tidak menyadari hal ini, karena sifat perfek kita ternyata lebih besar dari yang kita sadari.

Masyarakat modern secara tidak langsung telah menjejali kita dengan ideologi perfeksionis. Mereka yang terlihat lebih sempurna dari yang lainnya dianggap sebagai model yang dapat dilihat oleh semuanya. Misalnya ada teman yang berkata, "Lihat Justin Bieber! Dia muda, kaya-raya, punya pacar cantik, tenar dan menjadi idola remaja di seluruh dunia. Kurang apa coba..."

Memang sih, tidak ada salahnya jika kadang-kadang kita mengejar kesempurnaan. Masalahnya adalah seringkali kita menerapkan perfeksionis secara tidak tepat. Kesempurnaan memang perlu untuk beberapa profesi yang mengutamakan akurasi dan presisi seperti computer programmer, pembuat jam tangan, atau pembuat miniatur kompleks perumahan yang akan dibangun.

Namun demikian, kesempurnaan itu tidak diperlukan untuk sebagian besar pekerjaan yang kita lakukan dalam kehidupan. Dan dalam hal ini, kesempurnaan malah akan menghambat efektifitas dan memboroskan waktu serta energi kita. Bagaimana bisa? Bukankah nilai terbagus adalah yang diharapkan semua orang?

Alasannya adalah karena Anda selalu berusaha mencapai kesempurnaan dalam berbagai hal, maka usaha Anda untuk mencapai hal-hal tersebut akan memboroskan waktu yang tidak berguna. Ini dapat menghambat Anda untuk mencapai tujuan lain yang lebih penting dalam hidup Anda.

Seringkali seorang perfeksionis menjadi pribadi yang penakut. Takut karena apa? Mereka takut membuat kekeliruan. Mereka tidak akan membuat kesalahan kalau mereka tidak melakukan satu pekerjaan. Karena itu mereka tidak melakukan pekerjaan apapun. Bahkan mencoba pun tidak.

Kebodohan dari sikap yang sedemikian itu dapat ditangkal dengan membaca sebuah kutipan berikut: "Lebih baik menjadi orang yang kuat dengan sebuah kelemahan, daripada menjadi orang lemah tanpa kekuatan. Sebutir berlian dengan sebuah cacat lebih berharga daripada sebuah bata tanpa cacat." Semoga terinspirasi.

Penulis: Agus Siswoyo
Sumber Gambar: http://asyharstf08.wordpress.com/

Share:

3 comments: