Ilustrasi |
Saat melihat rangkaian judul di RSS reader malam ini. Entah kenapa ada satu judul yang rasanya menarik saya untuk angkat berbicara dan bercerita pada posting kali ini dan segera bergegas membuka dashbord untuk menulis.
SERANG – www.rumahdunia.net – Ketua Pelaksana TBM@mall di Carrefour, Serang, Firman Venayaksa mengatakan, program TBM@mall Banten Membaca terancam ditutup. Pasalnya, hingga kini, belum ada bantuan dana dari Pemprov Banten untuk meneruskan program yang digagas oleh Kementerian Pendidikan Nasional ini. “Bulan ini (Mei – red) dana untuk TBM@mall akan habis. Kalau tidak ada bantuan dana dari Pemprov Banten, khususnya Dinas Pendidikan dan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Banten, maka TBM@mall Banten Membaca terpaksa harus ditutup,” kata Firman, Selasa (10/5).
Selengkapnya baca di TBM @ MALL "BANTEN MEMBACA" terancam DITUTUP
Apa yang bisa sahabat simpulkan dari kutipan di atas?
Saya mungkin sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Ketua Umum Forum Taman Bacaan Masyarakat se-Indonesia, Gol A Gong yang sekaligus penulis dan pengasuh Taman bacaan rumah dunia, tentang masalah ini bahwa ketiadaan bantuan yang diberikan Pemprov Banten menunjukkan abainya pemerintah setempat pada pencerdasan masyarakat. Padahal, program yang dicanangkan Kemendiknas tersebut dilakukan langsung oleh Kemendiknas pada 2 Mei setahun lalu di Carrefour dan dihadiri sejumlah pejabat seperti Gubernur, Asda III Provinsi Banten, Dinas Pendidikan, Perpusda Provinsi Banten, serta pejabat dari Kota Serang dan Disbudpar.
Apakah ini hanya gerakan sambal pemerintah dan yang berada dibaliknya? Setelah gebrakan hilanglah sudah entah kemana? Ironis dan saya tidak akan melanjutkan lebih jauh.
Sebuah kisah dan kilas balik
Saya jadi teringat tidak jauh dari desa tempat saya tinggal ada sebuah taman bacaan yang beberapa tahun lalu masih ada dan terakhir saya lihat lagi mungkin bulan lalu ternyata sekarang sudah tidak ada. Bahkan ada lagi sebuah tempat penyewaan buku yang lokasinya bersampingan dengan sebuah Warnet kini sudah tutup. Sedangkan Warnet sampai sekarang masih tetap bertahan di situ.
Taman bacaan berbeda dengan Perpustakaan Daerah yang mana jika perpustakaan daerah mungkin masih mendapatkan bantuan dari pemerintah. Adapun perpustakaan di instansi pendidikan belum tentu dibuka untuk umum. Sekalipun ada jangkauan wilayahnya terlalu kecil.
Kebutuhan membaca bagi sebagian orang mungkin telah beralih ke media digital dan mungkin kita pun luput perhatian bahwa ternyata masih banyak yang belum bisa merasakan luasnya jendela dunia melalui buku apalagi internet.
Perjuangan sosok Gola A Gong, saya rasa dapat dijadikan panutan untuk kita semua dan berharap banyak taman bacaan yang terlahir karenanya. Sebab jika kilas balik ketika saya di masa SMU dulu yang memang terbiasa menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah. Banyak mimpi dan cita-cita saya yang terlahir disana yang sampai sekarang saya masih memperjuangkannya karena tanpa itu mungkin saya tidak akan bisa menulis di blog ini dan tidak akan bisa mengenal apa itu meraih mimpi.
Sumber Ilustrasi : Queens Public Library - New York via Google Image
miris membacanya....
ReplyDeleteMungkin pemprov masih mengganggap bahwa membaca bukanlah hal penting, karena tak menguntungkan layaknya pemprov nagih pajak....
padahal, membaca adalah Investasi menguntungkan untuk kemajuan di masa depan yg brujung pada makin besarnya pndapatan pajak di masa depan...
top posting nih....
mantabbbssss
sebenarnya kalo point itu memang sudah seharusnya namun yang paling kena bagi saya adalah cerita kilas balik personal saya sendiri :)
ReplyDeleteKhawatir kalau selama ini uang negara terkuras untuk sektor yang tidak tepat fungsi. Kadang saya bingung, kok pemerintah baik eksekutif maupun legeslatif kurang paham atau peka, mana-mana bagian/sektor sumber daya di masyarakat yang mesti dipertahankan bahkan dikembangan jika perlu.
ReplyDeletePerpustakaan semakin tersingkirkan,
ReplyDeletekarena kehadiran internet..
salam kenal dari blogger ciamis..
^_^
begitulah indahnya hidup di negara kita tercinta ini,
ReplyDeletesetiap hari latihan sabar
salam sehati
@ cahya dan @eshape : Banyak sabar banyak pahala. banyak sabar di bukakan pintu ketenangan. walaupun sambil mengerutu hehe :)
ReplyDelete@ Dea : semoga saja jangan sampai deh tersingkirkan :)
ReplyDeleteWalaupun saya bukan tipe suka pembaca, ironis juga melihat fakta tersebut diatas, saya berharap akan ada Gola A Gong2 muda melanjutkan cita2 beliau,
ReplyDeleteGimana kalo mas Andi yang mulai? :D
kalo ada modalnya pengen juga pake space di rumah buat bikin taman bacaan. rencana planning sih udah ada :)
ReplyDeleteSaya beraharap, perpustakaannya dipindah ke rumah saya saja, insya Allah saya akan sering mengundang para blogger untuk kopdar di perpustakaan saya tersebut. hehehe
ReplyDeleteSetuju, mas Gempur ide manteps tuh :D
ReplyDeleteudah jarang memang yang suka baca om ..
ReplyDeletepada kabur ke internet semua ... :P
@ jayboana : klo kabur berarti harus ditangkep'in lagi dunk :D
ReplyDeleteAda kalanya orang cari praktis. Kalau informasi bisa diakses dari kamar tidur, ngapain juga repot-repot keluar rumah. Hehehe.
ReplyDeletegak saya malah seneng karena kita tidak perlu membaca karena membaca adalah hobi orang orang culun pol
ReplyDeletesaya lebih suka warnet
membaca is kuno culun katrox