Kini semua media tengah fokus terhadap peranan internet saat ini, begitu juga dalam urusan kampanye marketing. Perusahaan skala besar maupun kecil akhirnya berbondong-bondong membuat akun di internet.
Namun apakah internet di Sosial Media merupakan solusi terbaik untuk media marketing?
Postingan kali ini tidak lain tersentil oleh sebuah tulisan dari sahabat blogger Untara yang berjudul “Social Media Marketing Salah Kaprah” yang memang saya sendiri mengalaminya sendiri dengan memperhatikan sebuah akun jejaring sosial dari perusahaan provider yang sempat membuat saya kecewa. Sebenarnya sudah banyak artikel yang membahas masalah ini tapi mungkin masih belum diperhatikan secara serius oleh para pemilik brand.
Social Media Marketing = Komunikasi Dua Arah
Mau tidak mau, sebuah jejaring sosial adalah tempat bertemunya antara pelanggan dan penyedia layanan tanpa ada batas dan bisa di akses public yang mana statusnya adalah sama dalam garis horizontal tanpa sekat. Seperti duduk berhadapan dalam satu meja dan dikelilingi oleh orang banyak yang ada di sekeliling kita. Setiap gerak-gerik kita di atas meja akan diamati dan dilihat orang banyak. Sedikit kita melakukan sebuah kesalahan maka siap-siap akan di keroyok oleh masa hehe...
Artinya kesalahan pertama adalah :
Tidak peka dalam melihat dan mendengar setiap response* Jika memang perlu seharusnya ada staff ahli dalam coustamer service khusus di jejaring sosial
Social Media Marketing = Media Layanan Public
Seandainya kita akan membeli suatu produk atau mencari sebuah layanan jasa dan kita mendapatkan sebuah penawaran misalnya, kira-kira apa akan kita cari lerlebih dahulu?
Kalau saya boleh berasumsi yang akan terjadi adalah mencari informasi selengkap-lengkapnya dan mencari tahu reputasi terhadap para pelanggannya. Nah, kira-kira apa yang terjadi saat kita menemukan websitenya di internet apakah akunnya di jejaring sosialnya atau email kontak marketingnya? Ada yang bisa menebak?
Yup. Pasti akun jejaring sosialnya yang kita cari. Alasannya sederhana kita bisa langsung bertanya dan menulis apa yang menjadi unek-unek kita dibandingkan via email yang tidak tahu kapan di balasnya.
Kesalahan kedua adalah :
Menjadikan Sosial media cuma sebagai pelengkap belaka* Hasilnya bisa dilihat sendiri
Social Media Marketing = Diterima Masyarakat Luas
Sebenarnya jika dilihat kembali dasar tujuan marketing adalah membuat suatu produk atau jasa yang kita tawarkan supaya dapat diterima oleh masyarakat atau calon prospek kita, bukankah begitu?
Secara umum menurut pemahaman Desa-nya dengan adanya sosial media marketing mudah-mudahan dapat merakyat bukan sebaliknya mengacuhkan pendapat rakyat karena segala kritikan dan makian itu pasti ada sebabnya dan itu semua adalah bagian dari proses membangun kualitas dan eksistensi brand yang akan diangkat.
Langsung saja, kesalahan terakhir adalah :
Tidak mencoba merangkul setiap koneksi yang ada di komunitas sosial medianyaYa kira-kira itulah kesalahan vital yang biasanya terjadi menurut saya saat ini. Semoga ke depan akan menjadi lebih baik lagi.
Image credit : Google Images
Bagaimanapun,social media bisa di nalaogikan sebagai pisa bermata dua, Bisa saja membawa kebaikan, namun juga bisa memperburuk Brand sebuah Produk ( bukan Bisnisnya ) sebab, kebanyakan yg di "hujat" adalah produk itu sendiri dan bukannya Institusi Bisnis nya. Saya rasa ini cukup fair, kalau sudah begitu biarkan para produsen saling bersaing untuk menghadirkan Produk2 terbaiknya sehingga benar2 memenuhi kebutuhan pasar...
ReplyDeleteyup, betul, bli. Seperti mata pisau. :)
ReplyDeleteSebenarnya ndak masalah sosial media sebagai pelengkap, karena sering kali berita yang disampaikan tidak bisa hanya melalui satu jaringan saja. Tapi kadang malah jadi terlalu berlebihan dengan informasi yang tidak perlu.
ReplyDeletebetul, bli. kalo berlebihan justru ya gitu deh :D
ReplyDeletekalo saya lihat karena cuma "dijadikan pelengkap belaka" alias yang penting ada akun, akhirnya mengelolanya engga serius. ada pertanyaan di biarkan berlarut-larut akhirnya berujung demo di jejaring sosial dengan kalimat tidak pantas. dan anehnya malah engga gubris gitu seolah kita tidak ada :D
salam sahabat
ReplyDeletejadi diperlukan sebuah persiapan yang matang serta sebuah cara agar kesalahan tidak terulang lagi hehehe
maaf telat yach dah saya follow dari saya www.cafeblogging.com dan http://dhanaarsega.blogspot.com/
terima kasih
tambahan yang mantaps? :)
ReplyDelete2 blognya juga mantaps :)
seharusnya perusahaan besar memiliki public relationship khusus jejaring sosial, yang bertugas menjawab feedback yg masuk di jejaring sosial
ReplyDeleteBagi saya..peran serta sosial network sangat membantu..sebab dasar kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan masyarakat lain..disampingitu kita harus selektif dengan memilih mana yang kita ikuti mana yang tidak...salam dari Pak Guru Di Medan
ReplyDeleteMaaf ini hanya masukan saya dan sekedar opini....salam dari http://blog-guru.web.id
ReplyDeleteyup. ane setuju :)
ReplyDeletebetul Pak. memang selektif itu perlu :)
ReplyDeleteGa apa2 kok, malah tambahannya bagus ;)
ReplyDeleteoke mas, saya catet dulu.
ReplyDeletehehe siap, gan :D
ReplyDeleteTotalitas yah, Om, kalu mau menggunakan sosial media.
ReplyDeletekalo untuk skala bisnis atau perusahaan ya? kalo kita-kita engga harus :D
ReplyDeleteHmm.. kayaknya perlu sering-sering mampir ke mari nih :)
ReplyDeleteinfo yang menarik dan edukatif
ReplyDelete